Tampilkan postingan dengan label PLANET. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PLANET. Tampilkan semua postingan

29 Oktober 2007

MELACAK JEJAK KEHIDUPAN DI MARS

Planet kembaran Bumi, Mars, tak henti-hentinya memberikan “kejutan” kepada para ahli. Tim peneliti dari Mars Global Surveyor (MGS), pesawat NASA yang diluncurkan pada tahun 1996 dan mengorbit Mars sejak 2 September 1997, berhasil menemukan jejak air yang baru terbentuk kurang dari delapan tahun lalu. Jejak air ini memberikan petunjuk kemungkinan masih adanya kehidupan di bawah permukaan tanah Mars.

Upaya mencari bukti kehidupan di luar Bumi, yakni di Mars dan anggota tata surya lainnya dan bahkan makhluk cerdas di luar tata surya, hingga kini belum juga menuai hasil. Namun, ketiadaan bukti itu tidak menyurutkan semangat para ahli untuk tetap mencari. Bukti kehidupan itu, jika nanti ditemukan, tentu akan membuat heboh dunia: Bumi bukan satu-satunya benda langit yang dihuni makhluk hidup. Sebaliknya, bila nanti ternyata bukti tidak kunjung ditemukan, itu pun bermakna penting: planet Bumi memang sangat istimewa di galaksi kita (Bima Sakti)

Untuk memburu kehidupan di tata surya, diluncurkan sejumlah pesawat pengorbit dan robot pendarat Mars. Tujuannya, mempelajari kondisi atmosfer Mars, permukaannya, sejarah geologi serta komposisi kimia tanah dan batuan Mars. Pesawat paling canggih yang mengorbit Mars tahun lalu dan mulai mengirimkan foto-foto spektakuler adalah Mars Reconnaissance Orbiter (MRO). Begitu tajamnya foto-foto dari MRO, ia mampu mengenali pesawat pendarat serta jejak lintasan rover Opportunity dan Spirit yang menjelajah permukaan Mars.

Namun, “kejutan” baru yang berkaitan dengan jejak air di Mars bukan datang dari MRO, tetapi justru dari pesawat Mars Global Surveyor (MGS) yang sudah mengorbit Mars sembilan tahun lebih. Kunci penemuan jejak air di Mars adalah pemetaan seluruh permukaan Mars secara rinci hingga ketelitian 1,5 meter dan dilakukan berulang-ulang. “Observasi tersebut merupakan bukti paling kuat saat ini bahwa air masih mengalir sewaktu-waktu di permukaan Mars dalam beberapa tahun terakhir”, kata Michael Meyer, ilmuwan senior pada Program Eksplorasi Mars, NASA.

Jejak kehidupan
Air adalah sumber kehidupan. Tanpa adanya air kemungkinan besar tak akan pernah ada kehidupan di Bumi. Tabrakan komet-komet dengan Bumi di masa lampau adalah bagian penting dari evolusi Bumi dan dipercayai telah mengubah Bumi yang gersang menjadi planet yang berlimpah air. Kita mengetahui permukaan lautan lebih luas dibandingkan daratan. Planet-planet lain di tata surya, termasuk Mars, diduga kuat juga mendapat serangan komet-komet dan asteroid jauh di masa silam. Contoh terkini adalah tabrakan komet Shoemaker-Levy 9 dengan Jupiter yang sangat spektakuler itu. Keberadaan kawah-kawah di Mars, Merkurius, serta Bulan, merupakan bukti terjadinya tumbukan-tumbukan tersebut.

Dari seluruh benda langit di tata surya, Mars paling mirip Bumi meski kondisinya masih terlalu ekstrem bagi makhluk hidup (termasuk manusia) untuk tinggal di sana. Ditemukannya kanal-kanal atau lembah-lembah raksasa di permukaan Mars memberikan petunjuk keberadaan air yang melimpah di masa lalu. Anehnya, mengapa saat ini genangan air ataupun air yang mengalir tidak ditemukan di permukaan Mars seperti di Bumi? Dengan asumsi bahwa komet-komet dulu pernah membombardir Mars, kemana hilangnya air dari permukaan Mars? Apakah air itu meresap ke dalam tanah dan batuan Mars?

Pencarian kehidupan sederhana di planet Mars diawali oleh pendaratan pesawat Viking 1 dan 2 pada tahun 1976. Meski sudah melakukan analisis tanah Mars, ternyata pesawat yang mendarat di dua tempat berbeda itu tidak menemukan tanda-tanda adanya kehidupan sederhana. Juga, tidak ditemukan jejak air di sekitar tempat pendaratan. Meski demikian, pesawat Viking telah memberikan data-data penting tentang kondisi permukaan serta cuaca dan iklim di tempat pendaratan yang menjadi acuan bagi misi-misi berikutnya.

Temuan baru
Penemuan adanya pola saluran (gully) menyerupai bekas aliran di lereng-lereng bukit atau kawah pada kawasan lintang menengah dan tinggi Mars telah diumumkan tim MGS sejak Juni 2000. Mars Global Surveyor (MGS) membawa tiga kamera, yaitu kamera dengan resolusi 1,5 meter per piksel, 240 meter per piksel, dan 7,5 kilometer per piksel. MGS berhasil mengumpulkan lebih dari 240.000 foto Mars. Sayangnya, MGS tidak mengirimkan sinyal ke Bumi sejak 2 November 2006.

Warna pola aliran itu lebih gelap dari sekitarnya. Ini lebih menyerupai bekas aliran debu atau pasir halus (bukan air) yang mengalir di lereng-lereng karena terpaan angin. Ada puluhan ribu pola aliran serupa ditemukan oleh pesawat pengorbit Mars Global Surveyor (MGS), Mars Express milik ESA serta pesawat terbaru Mars Reconnaissance Orbiter (MRO). Melalui analisis data, tim peneliti MGS menemukan bukti adanya jejak aliran air yang relatif baru terbentuk di dua tempat terpisah, yaitu di lereng sebuah kawah tak bernama di kawasan Terra Sirenum dan Centauri Montes. Berbeda dengan gully pada umumnya yang tampak lebih gelap dari sekitarnya, jejak aliran air ini tampak lebih terang.

Kawasan Centauri Montes terletak pada 38,7 derajat Lintang Selatan (LS) dan 263,3 derajat bujur. Gully atau pola saluran berada pada lereng kawah pada sisi yang menghadap ke arah ekuator Mars. Pola aliran air di Centauri Montes dikenali pertama kali oleh tim dari MGS dari foto yang diambil pada 10 September 2005. Pengecekan terhadap foto daerah yang sama dan diambil pada 21 Februari 2004 memperlihatkan masih adanya pola aliran tersebut. Pencarian data menemukan foto lokasi yang sama dipotret pada 20 Agustus 1999. Ternyata, pola aliran air saat itu belum ada. Ini berarti bahwa pola aliran air di Centauri Montes terbentuk setelah 20 Agustus 1999 dan sebelum 21 Februari 2004.

Penemuan pola aliran air lainnya yaitu di lereng kawah di kawasan Terra Sirenum (36,6 derajat Lintang Selatan dan 161,8 Bujur Barat). Kamera MGS mengambil foto daerah ini pada 26 Agustus dan 25 September 2005. Setelah ditelusuri ke belakang, ternyata foto yang diambil pada 22 Desember 2001 tidak memperlihatkan adanya pola aliran itu.

Rencana ke depan
Pola aliran air di lereng kawah di Terra Sirenum dan Centauri Montes itu menunjukkan bahwa di bawah permukaan Mars saat ini masih tersimpan air berbentuk cair (bukan es) atau air yang meresap pada batuan dengan kondisi berlebihan atau saturasi. Karena di bawah permukaan Mars suhunya lebih hangat dibandingkan di permukaan maka air tidak membeku. Karena suatu hal, misalnya pergerakan dalam tanah atau batuan, maka air itu terdorong keluar ke tempat-tempat yang miring (lereng-lereng bukit atau kawah) dan memunculkan aliran air.

Temuan ini sangat penting dan perlu dikonfirmasi. Radar pada pesawat Mars Express, yaitu Mars Advanced Radar for Subsurface and Ionosphere Sounding bisa mendeteksi kandungan air di bawah tanah yang tidak terlalu dalam. Selain itu, instrumen MRO yang lebih canggih, Mars Shallow Subsurface Radar, juga diharapkan dapat mendeteksi keberadaan air di bawah permukaan Mars.

Penemuan aliran air memberikan harapan baru kemungkinan ditemukannya kehidupan sederhana di bawah permukaan Mars. Temuan itu tentu akan menjadi pertimbangan dalam merencanakan misi-misi pendaratan di planet Mars, baik jenis instrumen yang akan dibawa maupun penentuan lokasi pendaratan.

(Dari: Pikiran Rakyat / Penulis: Bachtiar Anwar)

25 Oktober 2007

BUMI SUPER


Para astronom mengumumkan penemuan planet diluar tata surya yang kemungkinan memiliki kandungan air dalam bentuk cair, dan dengan demikian berpotensi mendukung keberadaan organisme hidup. Planet tersebut ditemukan oleh tim gabungan yang beranggotakan para astronom dari Swiss, Prancis, dan Portugal.

Planet tersebut, yang dinamai Gliese 581 C, adalah planet ekstrasolar, atau “eksoplanet”, yang terkecil yang pernah ditemukan hingga kini. Planet seukuran sekitar 50 persen lebih besar dari Bumi, dan lima kali lebih masif ini mengorbot bintang Gliese 581, sebuah bintang kerdil merah (red dwarf) yang berjarak 20,5 tahun cahaya dengan massa hanya sepertiga massa Matahari.

Gliese 581 C mengorbit bintang induknya dalam jarak 15 kali lebih dekat daripada jarak antara Bumi dan Matahari. Dengan demikian, satu tahun di planet tersebut setara dengan 13 hari di Bumi. Karena bintang induknya sekitar 50 kali lebih redup daripada Matahari kita, dan juga jauh lebih dingin, planet yang mengorbit bintang itu dalam jarak yang lebih dekat dapat memiliki temperatur yang sesuai dimana air dalam bentuk cair dapat eksis di permukaannya.

Selain Gliese 581 C, para astronom sebelumnya telah berhasil mengenali keberadaan dua planet lainnya yang mengorbit di sekitar bintang Gliese 581. Salah satunya adalah planet gas yang digolongkan sebagai “hot-Jupiter”, dengan massa 15 kali massa Bumi, yang ditemukan oleh tim yang sama dua tahun lalu. Sementara planet lainnya, dengan massa 8 kali massa Bumi ditemukan bersamaan dengan penemuan Gliese 581 C, namun planet tersebut terletak diluar daerah “habitable zone” dari bintang induknya.

Model komputer memprediksi Gliese 581 C sebagai planet batuan serupa Bumi, atau sebuah dunia air yang seluruhnya terdiri atas lautan. “Temperatur rata-rata di permukaannya diperkirakan antara 0 hingga 40 derajat Celcius, dan (dalam temperatur tersebut) air dapat bertahan dalam bentuk cair,” demikian diungkapkan oleh Stéphane Udry dari Geneva Observatory, Swiss, penulis utama dari paper yang melaporkan penemuan itu

Penemuan itu dicapai berkat penggunaan instrumen yang dinamai HARP (High Accuracy Radial Velocity for Planetary Searcher) pada teleskop 3,6 meter European Southern Observatory di La Sille, Chile. Teknik yang digunakan adalah dengan mengamati kecepatan gerak radial bintang — disebut sebagai “wobble” — dimana ukuran dan massa dari planet ditentukan berdasarkan gangguan kecil pada bintang induknya akibat gravitasi planet yang mengorbit.

Air dalam bentuk cair adalah komponen kunci yang diperlukan bagi keberadaan organisme hidup seperti yang kita kenal. Planet yang baru ditemukan ini terletak pada jarak yang diisitilahkan sebagai jarak “Goldilocks” (Goldilocks distance) — tidak terlampau dekat atau jauh dari bintang induknya agar air di permukaan planet tidak membeku atau menguap.

Walaupun saat ini para astronom masih belum dapat melihat tanda-tanda keberadaan organisme biologis di Gliese 581 C, penemuan ini tetap dianggap sebagai tonggak penting dalam upaya pencarian kehidupan diluar Bumi.

(Dari Info Astronomi)