24 Oktober 2007

PULAU TERPENCIL KAUM PETROGLIF

Easter Island berada di Samudra Pasific, sekitar 3.600 kilometer dari pantai Cile. Ini membuat pulau ini sebagai tempat yang terpencil di Bumi. Penduduk awal pulau ini, bangsa Polinesia yang datang pada 400 Sebelum Masehi, menyebut pulau ini sebagai 'puser' Bumi.

Kapten Laut dari Belanda, Jacob Roggeveen, sebagai orang Eropa yang datang pertama kali di pulau ini pada 5 April 1722, menamainya sebagai Easter Island. Pada 1860-an, nelayan tahiti menyebutnya sebagai Rapa Nui. Artinya Rapa Agung. Di Polinesia ada pulau lain yang disebut Rapa Iti. Artinya Rapa Kecil.

Dengan luas sekitar 100 kilometer persegi, pulau ini berpenghuni sekitar 10 ribu penduduk. Saat ini Easter Island menjadi museum terbuka dengan pemandangan yang menakjubkan. Ada kawah gunung berapi, susunan lava, pantai, air yang biru, dan situs arkeologi.

Penduduk Easter Island mempunyai sejarah peradaban batu. Easter Island adalah pulau bergunung penuh bebatuan. Pulau ini adalah rumah bagi para petroglif (pemahat batu). Penduduk membuat berbagai patung dengan berbagai bentuk di era sekitar 1000-1700 Masehi. Pada 1995, Easter Island ditetapkan sebagai World Heritage Site oleh Unesco.

Ada 887 patung yang telah ditemukan. Patung-patung itu sebanyak 95 persen dipahat secara khusus. Ada juga yang dibentuk dari debu vulkanik yang dipadatkan. Untuk memahat batu-batu menjadi patung, penduduk Easter Island saat itu belum menggunakan logam. Mereka hanya menggunakan alat pahat juga dari batu. Tambahan untuk patung-patung itu, mereka menorehkan mantra Rongorongo. Rongorongo adalah nama untuk naskah hiroglif di Easter Island ini yang biasa dipahat di lempengan kayu.

Rongorongo yang dipahat di lempengan kayu, diperkirakan dibuat pada pertengahan tahun 1800. Penulisannya menggunakan gigi ikan hiu. Ada sekitar 120 simbol yang selalu dipakai, terutama simbol yang menyerupai garis luar tubuh manusia, burung, ikan, pohon, dan beragam bentuk geomatris.

Tulisan-tulisan itu beberapa melambangkan kata-kata, beberapa melambangkan suara, dan lainnya melambangkan konsep yang abstrak. Rongorongo ini digunakan oleh pendeta kuno sebagai catatan pernyataan lisan mereka dan membantu mereka menegaskan kembali kekuasaan mereka.

Pembuatan Rongorongo ini diduga terinspirasi oleh orang-orang Spanyol yang datang di tahun 1770-an. Saat ini, penduduk Easter Island mengggunakan huruf Latin dan bahas Spanyol.

(Dari Republika Online)